Anak Temuan

   Dr. Adil Al-Abd Al-Jabbar menuturkan:
   Suatu ketika, seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun menghubungiku via telepon.
Ia berkata kepadaku, "Sebelum aku memulai pembicaraan ini, berkenankah jika anda kuanggap sebagai saudaraku sendiri?".
"Iya," jawabku.
"Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku akan bercerita kepadamu tanpa ada sesuatu pun yang aku tutupi." ujarnya.


   Wanita itu mengaku bahwa ia hidup sebatang kara bersama seorang pria dan wanita yang keduanya telah renta.
"Saat itu usiaku empat belas tahun, sedang duduk di bangku kelas tiga SMP. Aku belajar di sekolah tahfizh Al-Qur'an Al-Karim, dan telah merampungkan hafalanku. Datanglah dua orang wanita ke rumah kami," wanita itu melanjutkan.
Ibuku berkata, "Kedua wanita itu menginginkanmu."
aku pun menemui mereka berdua.

   "Kami hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa engkau tinggal bersama keluarga ini. Yang sebenarnya, wanita itu bukanlah ibumu dan pria itu juga bukanlah ayahmu."
   Bagaimana gadis empat belas tahun itu akan kuasa menerima kenyataan pahit itu.

   "Mereka ayah dan ibuku. Mengapa baru sekarang kalian berdua mengatakan ini kepadaku?" ucap gadis itu belum bisa menerima kenyataan.

   "Kedatangan kami di sini hanya untuk membenarkan nama dan silsilah keturunan, serta menyampaikan hal yang sebenarnya dan harus engkau ketahui." terang kedua wanita itu.

   Tidak lama, dua orang pria datang. Mereka duduk bersama kami, mengatakan, "Engkau sebentar lagi akan masuk tingkat SMA. Kau harus mengubah namamu. Pertanyaan kami, apakah engkau lebih memilih tetap tinggal disini atau ikut bersama kami ke rumah panti sosial?".

   "Telah kulihat dengan kedua mata kepala, ayahku yang telah mendidikku. Aku melihat ia menghapus air mata di pipinya, mencoba untuk mamastikan apakah aku akan tetap bersama mereka atau aku lebih memilih pergi meninggalkan mereka. Aku berdiri. Kucium keningnya dan kukatakan padanya bahwa aku akan tetap tinggal bersama mereka." ujar wanita itu melanjutkan kisahnya.

   Lalu ayah menghadap ke arah kiblat, ia bersujud kepada Allah dengan penuh bersyukur.
Setelah wanita itu genap berusia enam belas tahun, saat itu ia duduk di bangku kelas tiga SMA, ayahnya yang telah mendidiknya sedari kecil meninggal dunia. Saudara ayahnya berdatangan meminta warisan dari pria tua yang kaya raya itu.

   Wanita itu melanjutkan, "Semenjak itu aku tinggal bersama ibu, berdua saja di dalam rumah yang amat besar, di temani beberapa pembantu dan para sopir pribadi."

   "Pertanyaannya sekarang..." wanita itu berkata, "Kemana aku akan pergi, sementara beberapa orang datang meminta hak waris? Aku bukan siapa-siapa. Bukan putrinya. Tidak berhak mendapat bagian sama sekali."

   Namun gadis itu cerdas. Ia berkata, "Aku tidak akan memberi kepada kalian koper ayah, kecuali dihadapan hakim."
   Mereka semua menghadap hakim di pengadilan. Hakim berkata, "Kalian ingin tahu harta peninggalan ayah kalian?".

"Ya." mereka serentak menjawab.
"17 juta Riyal di Bank, enam buah bangunan milik bersama kongsinya. Ia juga memiliki 14.000 saham yang tersebar di sejumlah perusahaan, tiga petak sawah, empat buah bungalo, dan 11 unit rumah kontrakan sederhana." terang hakim.
"Kalian dengar semua harta kekayaannya?".
"Iya." jawab mereka serentak.
"Semua itu dimilikinya setahun yang lalu. Ia telah menjual semuanya kepada gadis itu secara sah. Saat ini, kalian tidak memiliki sedikit pun hak terhadapnya." ujar hakim melanjutkan penjelasannya.

   "Aku ingat ayahku yang amat mulia itu, yang telah mendidikku, lalu aku panjatkan doa kepada Allah agar Dia melimpahkan ampunan dan kasih sayang-Nya. Ia melindungi dan menjagaku, selama hidupnya. Bahkan setelah ia mati pun."

   Yang mengherankan, mereka telah mencerca gadis itu dan mengatakan "Gadis itu bukanlah putrinya." Namun hakim terus saja melakukan pembelaan terhadapnya dari mereka yang berbuat jahat terhadapnya. kendatipun demikian, gadis itu telah menjadikan Al-Qur'an sebagai budi pekertinya.
   "Wahai tuan, berikan mereka sesuai hak mereka," pinta gadis itu.
   "Berapa hakku?" tanyanya kepada hakim.
   "Semuanya menjadi hak milikmu." jawab hakim memastikan.
   "Tidak. Andai kata aku bukan putrinya?" tanya gadis itu
   "Sepertiga." jawab hakim.
   "Berikan padaku sepertiga saja. Sementara sisanya berikanlah kepada mereka." ujar wanita itu bijak.
   "Sungguh, aku tahu bahwa perkara ini amatlah pelik dan tidak mudah untuk mengalah. Namun inilah yang menjadi keputusanku. Aku hanya ingin memberitahu mereka sesuatu yang telah mereka lupakan. Mereka telah meninggalkan ayah," lanjutnya kemudian.
   "Bahkan sebelumnya aku tidak pernah mengenal mereka. Hanya ketika ayah meninggal, mereka tiba-tiba datang meminta warisan."

   Seiring berjalannya waktu, hakim menyarankan gadis itu agar ia mau menikah dengan seorang pemuda baik dan berbudi perkerti luhur. Akhirnya hakim pun menikahkannya dengan pemuda tersebut. Ia mendapatkan buah kebaikan suaminya, ia mau mengajak ibu yang mendidiknya untuk hidup bersama mereka berdua.

   Di ujung usianya, sang ibu tua itu terkena penyakit kanker. Dipanggilnya putrinya itu, dan berkata, "Dengarlah duhai putriku. Aku akan menceritakan kepadamu satu kisah yang tidak pernah kukatakan padamu sebelumnya. Namun saat ini, aku akan mengatakannya padamu. Kau ingin tahu bagaimana engkau bisa berada di tengah-tengah kami?".
   "Iya. Aku telah menanyakannya padamu, namun engkau tidak pernah menjawabnya."
   "Akan kuberitahukan padamu sekarang." terang wanita renta itu.
   "Saat itu, mendiang ayahmu yang mulia, yang telah mendidikmu, ditengah pagi yang masih cukup gelap, keluar untuk menunaikan shalat Shubuh. Ketika ia hendak masuk masjid, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan di dekat pintu. Ia menekuk kedua lututnya, membungkukkan badannya. Ia mulai meraba-raba, di mana gerangan suara tangis itu berasal. Sampai akhirnya ia menemukanmu."
   "Aku telah menemukan bayi mungil di sebuah kantong sampah." ucapnya.
Ia mengambil anak itu dan membawannya pulang ke rumah. Dan tatkala ia memberikan bayi itu padaku dan meletakkannya di pangkuan, ia berkata, "Ia bayi yang manis."
   "Benar." jawabku.
   "Sungguh ia sangat sempurna." Ia pun menghadap kiblat, mendoakan agar senantiasa dijaga oleh-Nya serta dijadikan-Nya anak yang shalihah dan hafal Al-Qur'an. Engkau telah menghafal Al-Qur'an, mendapatkan penjagaan dari-Nya. Dan semoga engkau menjadi wanita yang shalihah.

   Selang tiga hari, ayah membawamu ke dinas sosial, melengkapi berkas-berkas adopsi. Setelah itu ia mengumpulkan sanak saudaranya dan berkata, "Jika kalian berkenan, saya berharap salah satu dari istri kalian mau menyusuinya. Agar ia menjadi mahramku." Sebenarnya hal itu sangatlah mungkin, namun tidak ada satu pun dari mereka yang bersedia.

   "Harusnya engkau mengembalikan bayi itu ke tempat engkau menemukannya." ujar salah satu dari mereka. Saat itu ayahmu hanya bisa menangis, mengingat di mana dan bagaimana engkau ditemukan.
   Wanita tua itu melanjutkan, "Inilah kisahmu. Dia membawaku, menjaga dan melindungimu, serta mengantakanmu hingga hafal Al-Qur'an. Ia memberimu semua hal yang berharga itu. Sebelumnya, kami hidup dalam kekurangan. Tiada yang lebih mengetahuinya selain Allah. Tetapi semenjak engkau masuk dalam kehidupan kami, kebaikan terus saja berdatangan. Memang, semua kekayaan ini adalah anugerah dari Allah, tetapi itu semua setelah kehadiaranmu di tengah-tengah kehidupan kami. Hatiku bahagia dengan kehadiranmu dan begitulah kami hidup bahagia, tiada kekurangan satu apa pun. Maka janganlah engkau menyalahkan ayahhmu bila ia menuliskan bahwa seluruh kekayaannya telah terbeli olehmu. Hanya agar semuanya jatuh ke tanganmu dan bukan kepada saudara-saudaranya. Aku hanya ingin agar engkau tidakk melupakannya. Meskipun dia bukan ayah kandungmu, janganlah sampai terputus doa dan sedekah untuknya."

   Gadis itu berkata "Aku adalah hasil dari hubungan dua anak manusia. terlahir tanpa ayah, ibu atau siapa pun kecuali Allah dan ayah yang mengadopsiku."

   Aku menceritakan kisah ini padamu agar engkau bisa menceritakannya kepada siapa pun yang engkau mau. Dan kepada para pemuda, bahwa hubungan gelap itu akan menghasilkan seorang anak yang disebut 'anak pungut'."

Artikel Menarik Lainnya:
   Demikian sebuah kisah tentang "Anak Temuan", Semoga dari kisah ini dapat menjadi pelajaran buat kita semua, jadikanlah ini sebagai pengalamana yang sangat berarti dalam hidupmu.

No comments:

Post a Comment