Sebuah Pesan

     Saat itu, aku duduk dibangku kelas persiapan. Shalat fardhu lima waktu sering aku tinggalkan. Tidak pernah aku memperdulikan serta memperhatikan shalatku. Terkadang mengajarkannya, terkadang meninggalkannya. Demi Allah, aku melakukan ini itu (gerakan shalat), namun aku tak paham apa yang aku ucapkan.
Saudaraku, saat berada pada kelas persiapan, aku jatuh cinta pada salah seorang ibu guru. Aku sangat menyukainya. Ia begitu mengganggu pikiranku. Setiap aku berbicara maka tema pembicaraanku adalah dia. Dan setiap aku menuliskan sesuatu, tulisan itu pun selalu tentangnya. Sampai, bila aku terbaring tidur, dialah sosok yang tampak dalam mimpi. Aku tidak akan memperpanjang kata.

   Di suatu malam, yang esok harinya akan ada ujian mata pelajaran yang diajarkan ibu guru tersebut, aku pun belajar. Di tengah belajar, perutku terasa lapar. Aku pun berajak ke dapur, mencari sesuatu yang dapat mengganjal perut. Celakanya saat itu aku tidak menyadari bahwa ternyata percikan api telah membakar bajuku. Sementara aku sibuk memikirkannya, ibu guru. Ya, aku terbakar. Tanganku terbakar, juga punggung dan sebagian rambutku. Sungguh, aku telah merasakan api dunia yang tidak meninggalkan bekas pada tanganku. Tangan yang kujaga dan kupelihara. Sekarang talah terbakar. Bahkan hampir tersembunyi. Ya, semuanya tidak tampak indah lagi. Aku telah merasakan api dunia. Demi Allah, sejak saat itu aku tidak lagi mau dekat-dekat dengan tungku api. Bahkan tidak menyalakan komporku sendiri. Seakan-akan itu sebagai ujian bagiku, namun aku selalu gagal. Dan aku sendiri tidak yakin apakah suatu hari nanti akan berhasil.

   Saudaraku, kututurkan kisah ini bukan untuk meminta belas kasihan dari siapa pun. Bukan pula karena aku ingin berbangga dengan keadaanku dahulu. Kuceritakan kisah ini hanya sebagai pelajaran. Saudaraku, telah kurasakan api sunia. Sungguh, demi Allah, rasa sakit itu hanya bertahan beberapa detik saja. Namun, pengobatan dari luka bakar itu tidak kunjung rampung meskipun sudah berjalan empat tahun.

   Inilah pesanku pada kalian. Kutuliskan supaya kalian mau mendoakanku agar Rabb-ku memaafkan dari segala salah yang talah kulakukan pada masa-masa yang penuh kegelapan. Sekarang, aku tidak lagi meninggalkan satu kewajiban pun, bahkan terkadang aku juga tidak lupa melakukan shalat sunnah. Segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya.

   Ya Allah, kumohon janganlah Engkau jadikan kami orang-orang yang berhati keras. Ya Allah, jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang baik (ashab al-yamin). Ya Allah, kumpulkanlah kami bersama para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan orang-orang shalih. Dan jadikanlah perbuatan kami ikhlas hanya karena-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.

No comments:

Post a Comment